1.
Meylon
Golongan/Kelas
Terapi : Antidotum
dan Obat Lain untuk Keracunan
Indikasi : Mengatasi overdosis obat
tertentu seperti antidepresan trisiklik dan aspirin
Dosis, Cara Pemberian dan Lama
Pemberian :
Intravena : Pada keracunan aspirin,
natrium bikarbonat (1,26 %) diberikan untuk memperbaiki ekskresi
Farmakologi : Natrium bikarbonat
merupakan zat pengalkali yang memberikan ion bikarbonat. Bikarbonat merupakan
Stabilitas Penyimpanan : Natrium
bikarbonat stabil di udara kering, namun di udara lembab terurai secara lambat
menjadi natrium
2.
ADRENALIN
(Epinefrin HCl)
Sediaan
steril yang akan dibuat adalah injeksi adrenalin secara intramuskular, dimana
zat yang digunakan adalah epinefrin. Kegunaan dari epinefrin adalah untuk
mengembalikan kondisi fisiologis dari gejala darurat (seperti edema laryngeal,
bronkospasme, dan hipotensi), dan dapat juga di kaitkan dengan reaksi
hipersensitivitas seperti anafilaksis dan angioedema. Tetapi disini yang
dibahas adalah efeknya sebagai obat yang dapat mengatasi syok anafilaktik, yang
mana memerlukan terapi sesegara mungkin dibanding kondisi lainnya.
3.
ANTI ALERGI
(Diphenhidramin HCl
Diphenhidramin HCl termasuk antihistamin golongan etanolamin yang mempunyai
khasiat antara lain dapat berefek sebagai antihistamin yaitu dapat mengatasi
reaksi alergi, berefek sedatif yang dapat menguntungkan bagi pasien yang
dirawat di Rumah Sakit ataupun pasien yang perlu banyak tidur, berefek sebagai
antikolinergik dan juga antiemetik. Disamping itu diphenhidramin HCl dapat
mengatasi paralisis agitans, mengurangi rigiditas dan memperbaiki kelainan
pergerakan.
Setelah pemberian oral atau parenteral, diphenhidramin HCl diabsorpsi
secara baik. Untuk mengatasi reaksi alergi, maka diharapkan obat tersebut
langsung dapat memberikan efek sehingga rasa gatal, sakit, bercak merah, dan
udem dapat langsung diatasi. Untuk dapat memberikan efek yang cepat biasanya
diphenhidramin HCl diberikan secara parenteral/injeksi. Injeksi diphenhidramin
HCl dapat diberikan secara intravena maupun intramuskular.
4.
SEDATIVA, DEPRESAN SSP (Phenobarbital/Luminal)
Hipnotik-sedatif merupakan golongan obat depresan susunan saraf pusat (SSP)
yang relatif, mulai dari yang ringan yaitu menyebabkan tenang atau kantuk,
menidurkan, hingga yang berat yaitu hilangnya kesadaran, keadaan anastesi, koma
dan mati, tergantung dosis. Pada dosis terapi obat sedatif menekan aktivitas,
menurunkan respon terhadap perangsangan emosi dan menenangkan. Obat hipnotik
menyebabkan kantuk dan mempermudah tidur serta mempertahankan tidur yang
menyerupai tidur fisiolgis.
Phenobarbital berefek sebagai sedatifa namun karena sifatnya yang sangat
sukar larut dalam air maka dipilih Phenobarbital Na yang sangat mudah larut
dalam air (air sebagai pelarut). Memiliki masa kerja 10-16 jam, dimana 90% dari
dosis diekskresikan menjadi p-hidroksi. Aktivitasnya lebih kuat dari barbital.
(Diktat Kimia Medisinal 3)
Phenobarbital merupakan obat golongan hipnotika-sedatif, sehingga dapat
menimbulkan efek depresi pada susunan saraf pusat. Dengan diberikan dalam
bentuk injeksi, maka efeknya akan lebih cepat tercapai karena langsung masuk ke
dalam aliran darah dan langsung mencapai reseptor. Phenobarbital dibuat dalam
sediaan injeksi dalam vial yang diberikan secara parenteral. Pada umumnya
pemberian secara parenteral dilakukan bila dinginkan kerja obat yang cepat
seperti pada keadaan gawat, bila pasien tidak dapat diajak kerjasama dengan
baik selama pengobatan, tidak sadar atau tidak tahan menerima pengobatan
melalui oral atau bila obat ini sendiri tidak efektif dengan cara pemberian
oral.
5.
Metil Prednisolon Na Suksinat
Kortisol dan analog sintetiknya dapat mencegah atau menekan timbulnya
gejala inflamasi akibat radiasi, infeksi, zat kimia, mekanik dan alergen.
Gejala ini umumnya berupa : kemerahan, rasa sakit dan panas, serta pembengkakan
di daerah radang. Secara mikroskopik obat ini kecuali menghambat fenomena
inflamasi dini udem, deposit fibrin, dilatasi kapiler, migrasi leukosit ke
tempat radang dan aktifitas fagositis juga dapat mengambat manifestasi
inflamasi yang telah lanjut (proliferasi kapiler dan fibriblast, pengumpulan
kalogen dan pembentukan sikatriks).
Penggunaan klinik kortikosteroid sebagai antiinflamasi merupakan terapi
paliatif, dalam hal ini penyebab penyakit tetap ada hanya gejalanya yang
dihambat. Sebenarnya hal inilah yang menyebabkan obat ini dapat digunakan untuk
berbagai penyakit, bahkan sering disebut life saving drug, tetapi juga mungkin
menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan. Karena gejala antiinflamsi ini sering
digunakan sebagai dasar evaluasi terapi inflamasi, maka pada penggunaan
glukokortikoid kadang-kadang terjadi masking effect, dari luar nampaknya
penyakit sudah sembuh tetapi infeksi didalam masih terus menjalar.
Metil prednisolon Na suksinat merupakan golongan kortikosteroid sebagai
antiinflamsi yang dapat diberikan secara parenteral (IV, IM,
intrasinovial,intralesi). Metil prednisolon Na suksinat ini merupakan sinonim
dari deksametason yang mempunyai efek antiinflamasi paling besar. (Clarke’s
hal. 518)
i. Indikasi
Untuk memperbaiki kekurangan akibat insuffisiensi sekresi korteks adrenal
akibat gangguan fungsi atau struktur adrenal sendiri (insuffisiensi primer)
atau hipofisis (insuffinsiensi sekunder, untuk asma bronkial, alergi, penyakit
mata, penyakit kulit, penyakit hepar, gangguan hematologik lain dan syok).
ii.
Kontraindikasi
Diabetes mellitus, tukak peptik, infeksi berat, hipertensi atau gangguan
kardiovaskuler lainnya patut diperhatikan.
iii. Efek
Samping
penggunan terus menerus dengan dosis yang besar atau penghentian pengobatan
tiba-tiba menyebabkan demam, mialgia dan malaise dan juga terjadi komplikasi
yang menimbulkan pendarahan atau preforasi osteoporosis, miopati dan muka
rembulan (full moon face).
Sediaan kotrtiosteroid dapat dibedakan menjadi tiga golongan berdasarkan
masa . kerjanya. Tabel 1. menunjukan penggolongan korikosteroid berdasarkan
masa kerja masing-masing sediaan sesuai dengan aktifitas bilogisnya. Sediaan
kerja singkat mempunyai masa penuh biologis kurang dari 12 jam, sediaan kerja
lama masa paruhnya lebih dari 36 jam, sedangkan yang kerja sedang mempunyai
paruh antara 12-36 jam. (Farmalogi Terapi, hal. 487)
6.
KORTISON
Zat aktif yang digunakan adalah kortison, tetapi dikarenakan zat tersebut
sukar larut dalam pelarut air, maka digunakan bentuk garamnya sebagai zat aktif
yaitu, hidrokortison Na phospat, dengan dosis yang digunakan adalah 100mg/hari.
Dan metode pembuatannya dilakukan secara aseptis karena hidrokortison tidak
tahan pemanasan sehingga tidak dilakukan sterilisasi akhir.
7.
DIAZEPAM (FT
hal. 21)
Diazepam
merupakan obat golongan anastesi umum yang digunakan untuk menghilangkan rasa
sakit disertai hilangnya kesadaran. Diazepam dibuat dalam bentuk sediaan
injeksi yang ditujukan dalam keadaan darurat karena dapat mencapai efek yang
cepat.
8.
Prostigmin
prostigmin
berisi neostigmine (dimethylcarbamide ester (3 - hidroksifenil) - trimetil
amonium) dalam bentuk garam methylsulfate 0,5 mg per ampul untuk injeksi.
Neostigmin
menghambat hidrolisis acetycholine bersaing dengan acetycholine untuk dipasang
pada acetylcholinesterase di situs dari transmisi kolinergik. itu meningkatkan
tindakan kolinergik dengan memfasilitasi transmisi impuls di persimpangan
neuromuskular. juga memiliki efek cholinomimetic langsung pada otot rangka dan
mungkin pada sel ganglion automic dan neuron dari sistem saraf pusat.
neostigmine mengalami hidrolisis oleh kolinesterase dan juga dimetabolisme oleh
enzim mikrosomal di hati.
Indikasi :
1.
myasthenia gravis (kontrol gejala), ketika terapi oral
tidak mungkin
2.
pencegahan dan pengobatan distensi setelah operasi dan
retensi urin, setelah obstruksi mekanik telah pulih.
3.
mengembalikan efek blok neuromuskuler depolarisasi non
setelah operasi.
9. Stesolid
Rectal
Komposisi : Stesolid 5mg/2,5ml : diazepam 5mg
: Stesolid 10
mg/2,5ml : diazepam 10mg
stesolid rectal
memenuhi kebutuhan yang cepat dan dapat diandalkan ketika diazepam injeksi
intravena sulit atau tidak mungkin untuk membawa tabung dubur out.stesolid
adalah pilihan yang sangat baik terutama dalam kasus anak-anak sedikit pun
kejang-kejang, dan mudah digunakan bagi dokter, perawat dan parents.diazepam
memiliki anticonvulsions sangat baik pada anak-anak efek quickerst mungkin
diperlukan dalam patung apileptic dan kejang demam ini disediakan oleh suntikan
intravena tetapi kesulitan dan kadang-kadang mungkin untuk melakukan tabung
dubur stesolid adalah alternatif terbaik karena serum konsentrasi yang
dihasilkan oleh solusi dubur dan injeksi intravena hampir identik iereaching
kadar serum maksimum dalam beberapa menit
indikasi : tabung dubur stesolid yang khususnya cocok
dalam pengobatan kejang-kejang, termasuk kejang demam pada anak, dimana onset
yang cepat tindakan adalah keharusan.
10.
ANTI INFEKSI
(Gentamisin Sulfat)
Antibiotik
adalah zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi, yang dapat menghambat
pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain.
11. Aminophylin
Merupakan turunan metilxantin
yang mempunyai efek bronkodilator dengan jalan melemaskan otot polos bronkus.
Indikasi
:
Untuk
meringankan dan mengatasi serangan asma broncial
Kontra
Indikasi :
-
Hipersensitif
terhadap aminopilin atau komponen obat
-
Tukak
lembung, diabetes
Efek
Samping :
Dosis
:
Dewasa
dan anak : Serangan akut loading dose 6 mg/kg BB diberikan intravena secara
perlahan tidak lebih dari 25 mg/menit.
Dosis
dikurangi 50% bila penderita menerima teofilin dalam 24 jam terakhir.
12. Tramadol
Tramadol merupakan analgesik
opioid. Tramadol injeksi adalah sediaan dari tramadol HCl yang mengandung 50
mg/ml per ampul dengan warna jernih. Tramadol HCl merupakan suatu analgesik
yang bekerja di sentral yang memiliki susunan kimia mirip dengan derivat opiat.
Tramadol HCl mempunyai suatu kelompok substitusi metil pada suatu bagian fenol
yang mempengaruhi afinitas keterikatannya dengan reseptor opiat. Tramadol HCl menghambat
aktifitas monoaminergik spinal sehingga dapat mengurangi rasa nyeri.
Indikasi
:
-
Nyeri
akut dan kronis yang berat
-
Nyeri
setelah operasi
Dosis :
Secara IV : 1-2 ampul
Secara IM atau SC : 1-2 ampul
Apabila masih ada nyeri
dapat ditambahkan 1 ampul tramadol injeksi setelah selang waktu 30-60 menit.
Pada penderita gangguan fungsi ginjal dan hati perlu dilakukan penyesuaian
dosis.
13. RL
Komposisi:
Setiap 1000 ml larutan mengandung 6,0 g Natrium Klorida, 0,2 g Kalsium Klorida
dihidrat, 0,3 g Kalium dan 3,1 g Sodium Laktat
Cara
Kerja Obat : Keunggulan terpenting dari Ringer Laktat adalah komposisi
elektrolit dan konsentrasinya sangat serupa dengan yang dikandung di dalam
cairan ekstraseluler. Namun merupakan kation utama dari plasma darah dan
menentukan tekanan osmotik. Klorida merupakan anion utama di plasma darah.
Kalium merupakan kation terpenting di intraseluler dan berfungsi untuk konduksi
saraf dan otot. Elektrolit-elektrolit ini dibutuhkan untuk menggantikan
kehilangan cairan pada dehidrasi, syok hipovolemik
termasuk syok perdarahan. Kandungan laktat yang terdapat sebanyak 28 mEq/L
dimaksudkan sebagai prekusrsor bikarbonat sebagaimana pada reaksi berikut :
NaCH3CHOHCOO
+ H2O + CO2 → Na+ + HCO3-
+ CH3CHOHCOOH
(Na Laktat) (Asam Laktat)
Dengan
adanya bikarbonat atau laktat ini, larutan Ringer laktat sangat baik sekali digunakan
pada kasus-kasus diare yang umumnya disertai dengan asidosis metabolik, karena
terbuangnya bikarbonat melalui tinja. Komposisi elektrolit ini juga merupakan
pilihan pada resusitasi pasien dengan berbagai keadaan lain, sepeti Demam
Dengue dengan syok, syok pendarahan.
Indikasi
: “fluid and electrolyte replenisher”, penambahan volume darah (secara
temporer), systemic alkalizer damn secara spesifik digunakan pada keadaan
asidosis yang disertai dehidrasi.
Posologi
: Takaran pemakaian disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi penderita secara
individual.
14. Dextrose
10%
Merupakan
larutan infus untuk pemakaian intravena.
Setiap
1000ml larutan mengandung :
Glukosa
C6H12O6H2O 110,0 g
(glukosa
C6H12O6 100,0
g)
Air
utuk injeksi ad 1.000
ml
Osmolaritas : 555 mOsm/l
Setara
dengan : 1680 kJ/I (400 kkal/I)
Cara
kerja obat : Karbohidrat sebagai
sumber energi bagi tubuh dan untuk memenuhi atau mempertahankan cairan tubuh.
Indikasi : Rehidrasi, parenteral energy supply, basic
solution.
15. NaCl
0,9%
Komposisi
: setiap liter larutan mengandung :
Natrium
Klorida Na 9,0 g
Osmoloritas
1000 ml
Air
untuk injeksi ad
Osmolaritas
: 308 mOsm/l
Setara
dengan ion-ion :
Na+ : 154 mEq/l
Cl : !54 mEq/l
Cara
kerja obat : merupakan
garam yang berperan penting dalam memelihara tekanan osmosis darah dan
jaringan.
Indikasi
: untuk mengembalikan
keseimbangan elektrolit pada dehidrasi.
Cara
pemberian : intravena
Kecepatan alir yang dainjurkan 2,5
ml/kg/BB/jam atau 60 tts/70 kg BB/menit atau 180 ml/70 kg BB/jam atau
disesuaikan dengan kondisi pasien.
16. Dextran
L
17. Dobutamin
Cara kerja obat :Dobutamin bekerja
langsung pada betha reseptor menghasilkan efek inotropik (peningkatan kontraksi
jantung).
Indikasi
: Efek inotropik pada infark, bedah
jantung, cardiomyopathies, septic shock dan cardiogenic shock.
Kontra indikasi : Hipersensitif terhadap Dobutamin, Idiopathic
subaortic stenosis,Obstructive
cardiomyopathy
Dosis : Awal : 100 – 200 mcg/mnt IV
Infus : 2,5 – 10 mcg/kgBB/mnt. Dapat ditingkatkan hingga 40 mcg/kgBB/mnt,
disesuaikan dengan responnya
Efek samping :
Oleh karena
efek samping sangat tergantung dari dosis, maka dapat dikontrol dengan
penurunan kecepatan infuse. Dobutamin dieliminasi dalam 10 menit sehingga efek
samping akan segera hilang bila kecepatan infuse diturunkan atau dihentikan.
Efek samping yang biasa dilaporkan terjadi : mual, sakit kepala, palpitasi,
dyspnoea dan nyeri jantung.
18.
Atropin
Atropin adalah senyawa alam
terdiri dari amine antimuscarinic tersier. Atropin adalah antagonis reseptor
kolinergik yang diisolasi dari Atropa belladona L, Datura stramonium L dan
tanaman lain keluarga Solanaceae.
Golongan/Kelas
Terapi : obat
kardiovaskuler
Indikasi : Meringankan gejala
gangguan pada gastrointestinal yang ditandai dengan spasme otot polos
(antispasmodic); mydriasis dan cyclopedia pada mata; premedikasi untuk
mengeringkan sekret bronchus dan saliva yang bertambah pada intubasi dan
anestesia inhalasi; mengembalikan bradikardi yang berlebihan;
bersama dengan neostigmin untuk mengembalikan penghambatan non-depolarising
neuromuscular, antidote untuk keracunan organophosphor ; cardiopulmonary
resucitation.
Kontraindikasi : Antimuscarinic
kontraindikasi pada angle-closure glaucoma ( glaukoma sudut sempit), myasthenia
gravis ( tetapi dapat digunakan untuk menurunkan efek samping muskarinik dari
antikolinesterase), paralytic ileus, pyloric stenosis, pembesaran prostat.
Efek samping : Efek
samping antimuscarinik termasuk kontipasi, transient (sementara) bradycardia (
diikuti dengan takikardi, palpitasi, dan aritmia), penurunan sekret
bronkial, retensi urin, dilatasi pupil dengan kehilangan akomodasi ,
fotophobia, mulut kering; kulit kering dan kemerahan. Efek samping yang terjadi
kadang-kadang : kebingungan (biasanya pada usia lanjut) , mual, muntah dan
pusing.
Monitoring
Penggunaan Obat : Denyut jantung, tekanan
darah, pulsa, status mental; pemberian secara intravena diperlukan
monitor jantung
19.
Induxin
Tiap ml injeksi mengandung Oxytocin sintetik 10 IU.
Oxytocin bekerja selektif pada otot polos uterus untuk menstimulasi kontraksi
ritmis pada uterus, meningkatkan frekuensi kontraksi yang telah ada dan
meningkatkan tonus otot-otot uterus. Respon yang ditimbulkan tergantung pada
ambang rangsang uterus terhadap obat ini. Oxytocin juga bekerja pada
reseptor-reseptor sel mioepitel di payudara dan menstimulasi kontraksi sel-sel,
ini yang menyebabkan mengalirnya air susu ke duktus yang lebih besar, serta
memudahkan keluarnya air susu.
Dosis :
a. Antepartum
1. Untuk
induksi atau stimulasi persalinan
Diberikan infus intravena per drip dengan dosis 1 ml
(10 unit) dalam 1000 ml cairan steril.
2. Terapi
pada abortus inkomplit atau kehamilan yang sudah tidak dapat dipertahankan
Infus intravena per drip 10 unit induxin dalam 500
ml saline atau D5% diberikan 20-40 tetes per menit.
b. Postpartum
Untuk mengontrol pendarahan postpartum : diberikan
10-40 unit induxin dalam 1000 ml larutan steril infus intravena per drip dan
diberikan seperlunya sesuai dengan yang digunakan untuk mengontrol atoni uteri.